Rabu, 26 Juni 2013

KONSOLIDASI TEKNIS PERIKANAN BUDIDAYA


AKSELERASI INDUSTRIALISASI PERIKANAN BUDIDAYA
MELALUI FORUM KONSOLIDASI PERIKANAN BUDIDAYA



Mewujudkan pencapaian industrialisasi perikanan budidaya merupakan sebuah keniscayaan yang harus segera direalisasiikan sebagai upaya dalam mengoptimalkan potensi perikanan budidaya menuju pencapaian produksi yang berdaya saing dan berkelanjutan. Inilah yang tentunya akan menjadi tanntangan besar bagaimana potensi sumber daya perikanan budidaya ini dapat digarap secara optimal dan berkelanjutan dalam
rangka menopang pembangunan perikanan dalam kerangka pembangunan ekonomi nasional.

Direktorat Jenderal Perikanan sebagai unsur teknis menyadari betul bahwa tantangan besar tersebut tidak akan mungkin bisa dihadapi tanpa membangun kerjasama secara sinergi dengan stakeholders lain. Inovasi teknologi akuakultur yang menjadi penggerak utama, sampai saat ini telah menunjukan perkembangan yang sangat menggembirakan, beragam hasil inovasi dan perekayasaan teknologi melalui pengembangan bioteknologi akuakultur telah secara nyata memberikan harapan besar bagi terwujudnya industrialisasi perikanan budidaya. Namun demikian, disadari atau tidak pengembangan inovasi teknologi akuakultur tersebut belum sepenuhnya terimplementasi dalam skup yang lebih luas, sehingga diperlukan upaya percepatan dalam mendorong penerapan teknologi tersebut di seluruh lapisan masyarakat pembudidaya khususnya di kawasan-kawasan potensial. Disamping itu industrialisasi perikanan budidaya perlu di dorong antara lain melalui regulasi, Intervensi, Insentif dan pengembangan sistem budidaya.

Percepatan pencapaian industrialisasi perikanan budidaya mustahil akan mampu dicapai tanpa adanya input teknologi di dalamnya, sehingga peran riset dan perekayasaan yang bersifat inovatif, aplikatif, efektif dan efisien sudah seharusnya diberi ruang yang luas, tentunya yang peling penting adalah percepatan implementasi secara luas di tingkat pelaku utama. Mempertimbangkan hal tersebut, Ditjen Perikanan Budidaya memandang perlu untuk melakukan konsolidasi khususnya terkait dengan upaya memperkenalkan hasil-hasil perekayasaan yang bersifat aplikatif dan siap diadopsi oleh pelaku utama yaitu dengan memfasilitasi melalui Forum Konsolidasi Perikanan Budidaya.

Kegiatan yang berlangsung mulai tanggal 6 s/d 9 Mei 2013 di Bandung mengusung tema “ Sinergitas antar stakeholder dalam mendukung Industrialisasi Perikanan Budidaya secara langsung di buka oleh Direktur Jenderal Perikanan Budidaya. Hadir dalam acara plennary session beberapa narasumber/praktisi antara lain : a) Prof. Slamet Budi Prayitno yangg memaparkan terkait dengan kasus Early Mortality Syndrome (EMS) yang menjadi pemicu kegagalan usaha budidaya udang di beberapa negara tetangga; b) Dr. Hasanuddin Acho yang menyampaikan perekayasaan terkait budidaya udang vaname supra intensif; c) Supito, M.Si menyampaikan terkait pengembangan budidaya udang semi intensif dengan plastikisasi; d) Muhamad Amir menyampaikan keberhasilan terkait usaha budidaya lele intensif sistem biofloc; e). Dr. Fazar Basuki menyampaikan pengembangan usaha minapadi sebagai alternatif dalam menopang ketahanan pangan; f) Kepala BKIPM menyampaikan terkait kebijakan KKP dalam mencegah masuknya penyebaran penyakit EMS ke wilayah Indonesia; dan g) Muhamad Ridwan yang menyampaikan pengembangan budidaya sidat glass eel. Selain penyampaian melalui plennary session, juga diselenggarakan seminar terkait hasil-hasil perekayasaan teknologi budidaya yang siap adopsi dengan total ≥ 30 inovasi teknologi masing-masing pada sub bidang budidaya air tawar, budidaya air payau dan budidaya air laut. Disamping itu juga menyuguhkan kegiatan lain diantaranya rapat koordinasi komisi obat Indonesia, dan dialog interaktif terkait peran dari stakeholder usaha budidaya air tawar yaitu mulai dari pembudidaya, pelaku usaha/swasta, lintas sektoral  dan perbankan.

Dalam arahannya Dirjen Perikanan Budidaya, Dr. Ir. Slamet Subjakto menekankan pentingnya kerjasama secara sinergi dari sluruh stakeholders perikanan budidaya dalam upaya mendorong industrialisasi perikanan budidaya, hal ini mengingat kebijakan industrialisasi tidak akan mampu dicapai hanya dengan kekuatan pemerintah dalam hal ini KKP, sehingga perlu adanya peran aktif dari seluruh stakeholders khususnya keterlibatan peran dari lintas sektoral, swasta dan perbankan. Ditambahkan Slamet, bahwa Forum Konsolidasi Perikanan Budidaya hendaknya dijadikan titik tolak untuk merapatkan barisan dalam menyongsong tantangan besar perikanan budidaya ke depan. Melalui Forum ini juga diharapkan  akan menghasilkan rekomendasi-rekomendasi khususnya yang bersifat teknis sebagai acuan bagi percepatan peningkatan produksi perikanan budidaya.

Beberapa rekomendasi yang dihasilkan dari rangkaian kegiatan Forum Konsolidasi Perikanan Budidaya, antara lain sebagai berikut :

a)   Perlu segera melakukan penyebaran informasi dan implementasi inovasi teknologi akuakultur secara langsung kepada masyarakat pembudidaya di kawasan-kawasan sentral produksi maupun kawasan potensial lainnya. Dalam percepatan implementasi inovasi teknologi tersebut, maka Ditjen Perikanan Budidaya akan bersinergi dengan Badan SDM Kelautan dan Perikanan dalam hal ini Pusat Penyuluhan KP, untuk meningkatkan peran penyuluh sebagai media transfer teknologi ke pelaku utama.

b)   Dalam hal pentingnya dukungan lintas sektoral, Ditjen Perikanan Budidaya telah melakukan kerjasama melalui penandatangan kesepahaman dalam mendukung industrialisasi perikanan budidaya antara lain dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN) terkait dengan Sertifikasi Hak Atas  Tanah Pembudidaya, PT. PLN Persero dalam dukungan suplly energi listrik, Kementerian PU terkait dukungan  infrastruktur, Kementerian ESDM terkait dukungan energi BBM, Perbankan terkait dukungan skame pembiayaan, pihak Mitra/investor, dan Pemerintah Daerah.

c)    Perlu ada garansi inovasi teknologi sebagai jaminan bagi mempermudah akses perbankan

d)   Terkait dengan kasus penyakit EMS, Kementerian Kelautan dan Perikanan segera mengeluarkan kebijakan dalam upaya pencegahan kemungkinan masuknya penyakit tersebut ke wilayah NKRI. Perlu segera mensinergikan untuk melakukan survilance aktif terhadap kemungkinan penyebaran penyakit  untuk selanjutnya men-diclair bahwa Indonesia terbebas dari jenis penyakit EMS.

e)   Menekankan pentingnya penggunaan sarana dan prasarana produksi yang berasal dari produk-produk dalam negeri dan mengurangi penggunaan produk-produk impor yang tida jelas khususnya pada penggunaan probiotik dan pakan untuk mengantisipasi kemungkinan masuknya penyakit-penyakit baru.

f)     Dalam upaya mengkoordinasikan dan mempercepat implementasi terhadap hasil konsolidasi, maka perlu dibentuk tim implementasi di tingkat pusat yang melibatkan pihak terkait lainnya.

Tantangan besar terkait bisnis akuakultur seiring dengan semakin ketatnya daya saing perdagangan global, maka mau tidak mau Indonesia sebagai negara dengan suguhan potensi akuakultur terbesar harus mampu berada digaris paling depan sebagai penghasil produk perikanan budidaya yang berdaya saing, sehingga melalui upaya konsolidasi secara nasional dengan melibatkan peran dari seluruh stakeholders, diharapkan seluruh target yang telah diproyeksikan akan dengan mudah tercapai.



Posted by Cocon

Tidak ada komentar: