Selasa, 03 September 2013

RAKOR UDANG NASIONAL


AKSELERASI PENCAPAIAN PRODUKSI UDANG NASIONAL

Jakarta, 20/8/2013- Udang sebagai komoditas unggulan ekspor perikanan Indonesia keberadaannya menjadi sangat strategis dalam menopang perekonomian nasional melalui penciptaan devisa Negara, sehingga bisnis perudangan nasional perlu terus didorong secara berkelanjutan. Sebagai gambaran nilai ekspor udang nasional Tahun 2011 mencapai 1.039 milyar US Dolar, angka yang cukup besar dalam memberikan kontribusi terhadap PDB nasional.
Disampaikan Dirjen Perikanan Budidaya Dr. Ir. Slamet Soebjakto, bahwa fenomena merebaknya penyakit EMS (Early Mortality Syndrome) pada beberapa Negara pesaing seperti Thailand, Vietnam dan Malaysia menjadi peluang bagi Indonesia untuk mengisi kekosongan ketersediaan kebutuhan udang dunia, yaitu dengan menggenjot produksi dan meningkatkan daya saing udang nasional. Keberhasilan Indonesia dalam meyakinkan pihak Dewan Perdagangan USA ditandai dengan telah dicabunya CVD (Countervailling Duties) atas tuduhan subsidi, dimana Indonesia dinyatakan Deminise karena subsidi kurang dari 2% yaitu dengan Nilai 0,23%, secara langsung mampu menambah nilai positif atas daya saing udang nasional di tataran perdagangan global.

Disisi lain, ditambahkan Slamet,  bahwa saat ini Indonesia dihadapkan pada sebuah tantangan besar yaitu dalam menghadapi persaingan perdagangan bebas di level regional ASEAN atau Asean Economic Community (AEC). AEC memberikan kebebasan terkait arus bisnis untuk masuk ke Indonesia begitupun sebaliknya. Mempertimbangkan hal tersebut, sub sektor perikanan budidaya sebagai barometer utama pembangunan perikanan nasional didorong untuk  mampu bersaing pada tataran perdagangan global, yaitu melalui peningkatan jaminan mutu dan keamanan pangan (food safety).

Optimisme kemampuan Indonesia dalam menghadapi persaingan perdagangan udang global bukan tanpa alasan, mengingat Indonesia mempunyai potensi yang besar dibanding Negara pesaing lainnya. Dengan total potensi area pertambakan seluas 1,2 juta ha, dengan potensi efektif untuk budidaya udang ± 773 ribu ha diharapkan Indonesia ke depan akan menjadi leader sebagai Negara eksportir udang terbesar, tentunya melalui optimalisasi pemanfaatan secara arif dan berkelanjutan. Menurut Slamet, capaian produksi udang nasional tahun 2012 sebesar 415.703 ton atau meningkat 4% dari Tahun 2011. Tahun 2013 capian produksi udang nasional diproyeksikan sebesar 620.000 ton, dimana capaian sementara sampai dengan semester I tahun 2013 sebesar 320.000 ton. Angka ini menurut Slamet akan terus didorong dan harus optimis tercapai mengingat peluang besar yang ada mulai dari permintaan dunia yang cenderung meningkat serta harga yang menunjukan trend yang baik.

Menurut Slamet, Indonesia  juga optimis untuk mencapai target tambahan sebesar 300.000 ton di Tahun 2013 di luar target 620.000 ton yang ditetapkan melalui optimalisasi lahan tambak idle seluas 20.000 ha di Indonesia, dalam hal ini SCI dan Dinas KP Propinsi diminta untuk menginventarisir lahan-lahan tersebut. Percepatan optimalisasi lahan tersebut dilakukan melalui kerjasama sinergi dari seluruh stakeholders terkait antara lain SCI, Mitra (swasta), Ditjen Perikanan Budidaya, Perbankan dan mendorong lintas sektoral.

Disampaikan Slamet, bahwa kebijakan strategis Ditjen Perikanan Budidaya dalam upaya membangkitkan kembali gairah usaha budidaya udang nasional salah satunya melalui implementasi percontohan usaha budidaya (Demfarm) udang di kawasan-kawasan potensial. Melalui Demfarm tersebut diharapkan akan mampu meningkatkan optimalisasi pemanfaatan lahan, sehingga secara langsung akan mendorong capaian produksi udang nasional. Tahun 2012 alokasi demfarm difokuskan di 6 Kabupaten yang tersebar di Pantura Jawa Barat dan Banten, sedangkan tahun 2013 akan difokuskan di 28 Kabupaten yang tersebar di 6 Provinsi antara lain Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, NTB, Sumatera Utara, dan Lampung.

Dalam hal pentingnya dukungan lintas sektoral, Ditjen Perikanan Budidaya telah melakukan kerjasama melalui penandatangan kesepahaman dalam mendukung industrialisasi perikanan budidaya antara lain dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN) terkait dengan Sertifikasi Hak Atas  Tanah Pembudidaya, PT. PLN Persero dalam dukungan suplly energi listrik, Kementerian PU terkait dukungan  infrastruktur, Kementerian ESDM terkait dukungan energi BBM, Perbankan terkait dukungan skame pembiayaan, pihak Mitra/investor, dan Pemerintah Daerah. Upaya-upaya di atas adalah bagian penting dalam mendorong percepatan pengembangan kawasan budidaya udang.

Sementara itu dalam arahannya disela-sela kegiatan Rakor akselerasi peningkatan produksi udang nasional, Dirjen Perikanan Budidaya menekankan pentingnya kerjasama secara sinergi dari seluruh stakeholders perudangann nasional dalam upaya mendorong industrialisasi udang nasional, hal ini mengingat kebijakan industrialisasi tidak akan mampu dicapai hanya dengan kekuatan pemerintah dalam hal ini KKP, sehingga perlu adanya peran aktif dari seluruh stakeholders khususnya keterlibatan peran dari lintas sektoral, swasta dan perbankan. Melalui Rakor Akselerasi Pencapian Peningkatan Produksi Udang nasional  diharapkan akan mampu membangun koordinasi dalam upaya mewujudkan persamaan persepsi dan kerjasama sinergi antar seluruh stakeholders guna mendorong akselerasi pencapaian produksi udang nasional. Disamping itu diharapkan  akan mampu menghasilkan rekomendasi-rekomendasi sebagai acuan bagi implementasi kebijakan pemerintah.

Rakor akselerasi peningkatan produksi udang nasional menghasilkan beberapa poin rekomendasi penting yang perlu segera ditindaklanjuti dalam waktu dekat, antara lain :

a.   Mendorong penerapan teknologi budidaya anjuran, yaitu melalui konsistensi penerapan SOP Teknis yang mengacu pada SNI
b.  Melakukan pengendalian terhadap praktek budidaya, antara lain  dengan mendorong peran asosiasi, serta menerapkan regulasi penerapan CPIB dan CBIB dari semula sukarela menjadi wajib.
c.   Membangun pusat-pusat pelatihan di sentral-sentral produksi untuk meningkatkan kapasitas SDM Tenaga teknis dan menciptakan tenaga teknis baru.
d.  Meningkatkan ketersediaan induk unggul dari dalam negeri, meningkatkan strategi dan distribusi induk dan benih, dan peningkatan kualitas sdm terkait ilmu genetika
e.  Mempermudah akses untuk mendapatkan suplly energy listrik dan BBM melalui kerjasama dengan PLN dan Pertamina
f.   Mendorong terbentuknya wadah/asosiasi bagi petambak tradisional untuk mempermudah pembinaan dan pengendalian terhadap tambak-tambak tradisional.
g.   Mendorong peran perbankan untuk menyediakan akses permodalan yang disupport baik melalui supplier, mitra maupun pembudidaya.
h.  Penguatan kelembagaan dan kemitraan usaha sebagai pintu masuk dalam mempermudah mendapatkan akses permodalan maupun pasar.
i.    Mempermudah akses informasi pasar yang transparan, melakukan pembinaan terhadap peran middle man (melakukan registrasi middleman) dengan memfungsikan sebagai partner, menjamin sustainable business, serta kesetaraan harga udang dalam negeri dan luar negeri.
j.   Mendorong AP5I untuk melakukan kemitraan langsung dengan pembudidaya




Sumber : Direktorat Produksi

Ditjen Perikanan Budidaya, 2013

Tidak ada komentar: