Minggu, 10 Maret 2013

WACANA LOKAL : KLASTER AQUABISNIS RUMPUT LAUT



MEMBANGUN KONSEP KLASTER AQUABISNIS RUMPUT LAUT
                                 DI KABUPATEN JEAPARA      


Oleh : Cocon, S.Pi


Dalam perspektif perikanan budidaya, upaya penanggulangan tingkat kemiskinan harus dilakukan dalam kerangka memberdayakan masyarakat pesisir khususnya pembudidaya kecil maupun pemula melalui proses pendidikan yang berkelanjutan dengan prinsip “menolong diri sendiri melalui peningkatan kemampuan”. Dengan demikian, mereka akan mampu menggali dan memanfaatkan potensi yang ada dan
menjangkau kemudahan dalam aspek potensi sumberdaya, permodalan, teknologi maupun pasar.

Kabupaten Jepara yang secara geografis diuntungkan, karena merupakan wilayah pesisir yang menyimpan potensi besar di sector perkanan terutama sumberdaya rumput laut baik di Karimunjawa maupun Pesisir Jepara daratan. Rumput laut merupakan salah satu komoditas perikanan budidaya yang mempunyai nilai ekonomis penting dengan peluang pasar yang luas baik local maupun orientasi eksport. Ketersedian teknologi yang sederhana, serta cash flow yang terhitung cepat dengan margin keutungan yang besar dan tingkat penyerapan tenaga kerja yang besar,menjadikan kegiatan usaha rumput laut sebagai kegiatan usaha perikanan yang mampu menyentuh aspek pemberdayaan masyarakat pesisir Jepara. Sebagai gambaran bahwa produksi rumput laut Jepara pada saat puncak musim tanam dapat mencapai ≥ 600 ton/bulan atau sekitar 7.200 ton per-tahun. Dalam 8 bulan terakhir (sampai dengan Agustus 2009) perputaran dana hasil produksi rumput laut dalam bentuk raw-material di Karimunjawa mencapai ± 2,5 milyar, angka yang cukup tinggi dan memberikan peluang investasi yang besar.

Namun demikian tingkat pemanfaatan budidaya rumput laut sampai saat ini belum mampu meng-cover keseluruhan  luas lahan potensial yang ada, ini artinya peluang usaha dan investasi masih sangat tinggi. Beberapa factor yang menyebabkan lambatnya perkembangan aquabisnis rumput laut di Jepara antara lain disebabkan diantaranya : Keterbatasan permodalan di tingkat pelaku utama, Kelembagaan di tingkat pembudidaya/pelaku utama belum terbentuk secara kuat dan mandiri dan Mind set pola pengembangan yang belum terbangun dengan baik serta belum terwujudnya persamaan persepsi, komitmen serta kerjasama sinergi diantara seluruh stakeholder dalam memaksimalkan pemanfaatan potensi local (internal resources) dan pelaung-peluang ekternal (external chances) yang ada, sehingga menyebabkan mata rantai proses produksi berhenti pada tahapan tertentu.

Melihat besarnya potensi dan peluang serta permasalahan yang ada, maka perlu dilakukan langkah strategis salah satunya dengan melalukan Pengembangan Ekonomi Lokal melalui pendekatan klaster aquabisnis  rumput laut. Pendekatan klaster aquabisnis rumput laut dimaksudkan untuk mendukung dan menjadikan komoditas rumput laut menjadi produk unggulan sector perikanan melalui pengembangan mata rantai kegiatan usaha dari hulu ke hilir (supply chain) yang efisien dan efektif agar hasil produksi mempunyai posisi tawar (bargaining position) yang tinggi. Hasil produksi rumput laut sampai saat ini masih di eksport dalam bentuk raw-material sehingga kedepan perlu adanya pola pengembangan yang terintegrasi pada suatu kawasan. Pola kemitraan system inti-plasma yang saat ini telah mulai berjalan secara alamiah di Karimunjawa hendaknya perlu didukung salah satunya melalui advokasi terhadap pola kemitraan, sehingga akan menjamin keberlangsungan kemitraan yang saling menguntungkan dan berkesinambungan.

Pengembangan klaster rumput laut pada hakekatnya lebih mengedepankan kemitraan yang dibangun melalui komunikasi dan implementasi nyata diatara stakeholder secara sinergis dan saling menguntungkan dengan demikian pengembangan ekonomi local melalui aquabisnis klaster rumput laut harus menjadi bagian integral dari upaya pemerintah daerah melalui pemberdayaan masyarakat pesisir, peningkatan daya saing kolektif, penciptaan peluang-peluang baru serta pertumbuhan ekonomi berkesinambungan melalui peningkatan produk sector perikanan dalam hal ini komoditas rumput laut. Pengembangan klaster aquabisnis rumput laut dtekankan meliputi pengembangan beberapa ploting kawasan meliputi zona pembibitan, zona budidaya, Zona penanganan pasca panen,

Dari beberapa aspek di atas yang harus menjadi point penting dalam rangka membangun system kluster aquabisnis rumput laut adalah pertama : perlu adanya kesamaan persepsi, komitmen, tanggung jawab dan kerjasama sinergi ran dari seluruh stake holder mulai dari pelaku utama, UMKM pengolah, pelalu usaha, pemerintah, akademisi, perbankkan serta lembaga/institusi dalam mewujudkan pengembangan ekonomi lokal melalui pendekatan klster aquabisnis rumputlauti; Kedua : adalah peran pendampingan secara berkelanjutan yang menjadi tanggung jawab bersama semua elemen yang terlibat secara langsung dengan titik berat pada penguatan kelembagaan dan kemandirian serta membangun  kultur positif pelaku utama rumput laut.

Forum Group Discussion Studi Pengembangan UMKM Rumput Laut di Kabupaten Jepara yang baru-baru ini telah dilakukan, hendaknya bukan hanya sekedar wacana namun harus melalui implementasi nyata melalui peran sinergis dari semua stake holder terutama pemerinatah daerah. Optimisme untuk membangun ekonomi lokal serta menjadikan Jepara sebagai sentral produksi rumput laut serta terwujudnya pola pengembangan kawasan rumput laut yang terintegrasi dari hulu ke hilir akan sangat mungkin untuk diwujudkan. Sehingga tiga pilar pembangunan perikanan yang meliputi Pro-growth, Pro-poor dan pro-job akan terwujud melalui peran pemberdayaan mayarakat pesisir Jepara. Sudah saatnya sector Perikanan menjadi pilar utama dalam menopang pertumbuhan ekonomi daerah.


Artikel telah dimuat di kolom Wacana Lokal Harian Umum Suara Merdeka, edisi November 2009

Tidak ada komentar: