Seperti kita ketahui bahwa Sub-sektor Perikanan Budidaya saat ini menjadi barometer utama dalam
menopang pembangunan perikanan nasional seiring dengan fenomena produksi ikan
hasil tangkapan menunjukan trend yang stagnan bahkan mengalami penurunan produksi dari tahun ke tahun, hal ini menjadi sebuah
tantangan besar bagi Ditjen Perikanan Budidaya dalam mewujudkan Perikanan
Budidaya sebagai ujung tombak dalam menggerakan perekonomian nasional dan
ketahanan pangan masyarakat. Dalam upaya mewujudkan harapan
besar tersebut, maka diperlukan sebuah kebijakan strategis yang terimplementasi secara nyata melalui kerjasama sinergi dari seluruh stakeholders pelaku perikanan budidaya.
besar tersebut, maka diperlukan sebuah kebijakan strategis yang terimplementasi secara nyata melalui kerjasama sinergi dari seluruh stakeholders pelaku perikanan budidaya.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya telah
menetapkan arah kebijakan dalam rangka Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya.
Kebijakan tersebut
ditempuh melalui :
(1) Pengembangan system produksi perbenihan ikan; (2) Pengembangan system
produksi pembudidayaan ikan; (3) Pengembangan system prasarana dan sarana
budidaya; (4) Pengembangan system usaha pembudidayaan ikan; (5) Pengembangan
sistim kesehatan ikan dan lingkungan; (6) Peningkatan
dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Ditjen Perikanan
Budidaya ; (7) Pengawalan dan penerapan teknologi terapan adaptif perikanan
budidaya
Strategi
pengembangan perikanan budidaya dilaksanakan melalui peningkatan produksi, produktivitas
dan daya saing yang berbasis ilmu pengetahuan
melalui industri perikanan budidaya yang akan diperankan menjadi
penghela percepatan sistem produksi perikanan nasional berorientasi pada trend
pasar global dan lokal.
Untuk itu sebagai langkah awal
Direktorat Jenderal
Perikanan telah
fokus pada peningkatan produksi melalui pengembangan industrialisaasi perikanan
budidaya yaitu pada komoditas unggulan, antara lain udang, rumput laut, bandeng
dan patin yang merupakan komoditi perikanan dengan potensi pengembangan yang
besar. Khusus
untuk kegiatan industrialisasi udang, diupayakan dengan melakukan revitalisasi tambak melalui perbaikan
infrastruktur berupa saluran primer, sekunder dan tersier, sehingga diharapkan
dapat meningkatkan performance
kawasan pertambakan Pantura Jawa. Dalam pemanfaatannya, untuk lebih
mengoptimalkan lahan pertambakan tersebut pemerintah berupaya mengajak keterlibatan masyarakat
pembudidaya, swasta dibidang perikanan budidaya dan juga perbankkan untuk dapat bersinergi dalam upaya peningkatan
produksi perikanan dengan nilai tambah dan daya saing.
Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya telah mencanangkan program Rencana aksi
Industrialisasi Perikanan Budidaya yaitu
melalui Gerakan Pengembangan
Industrialisasi Perikanan Budidaya atau disingkat GERBANG SI MINA JAYA yang dilaksanakan secara terintegrasi lingkup
Kementrian Kelautan dan Perikanan serta lintas Sektor lainnya untuk
sinergisitas pencapaian tujuan.
Rencana aksi Gerakan Pengembangan Industrialisasi Perikanan
Budidaya tersebut antara lain : (a) Penyediaan sarana dan prasarana
(infrastruktur) melalui Gerakan Revitalisasi Tambak (GERVITAM); (b) Pemanfaatan dan pengembangan teknologi
budidaya ikan melalui perekayasaan teknologi adaptif dan inovasi teknologi baru yang dikembangkan
oleh Unit Pelaksana Teknis;
(c) Pengembangan benih unggul, melalui penerapan cara budidaya pembenihan yang
baik (CPIB); (d) Pengembangan Induk Unggul, melalui pengembangan brood stock center dan pelaksanaan
Gerakan Penggunaan Induk Unggul (GAUL); (e) Penerapan teknologi budidaya
anjuran berbasis Cara Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB) melalui sertifikasi CBIB
teradap unit usaha budidaya; (f) Pencegahan penyakit dan menajamen lingkungan,
antara lain melalui Gerakan Vaksinasi Ikan (GERVIKAN) dan Pos Pelayanan
Kesehatan Ikan dan Lingkungan Terpau (POSIKANDU); (g) Penyediaan pakan yang
efisien dan pengawasan peredaran pakan; (h) Pengembangan Usaha Mina Pedesaan
(PUMP) Perikanan Budidaya dan pendampingan akses permodalan pada perbankkan dan
lembaga keuangan lainnya.
Dalam percepataan
industrialisasi perikanan budidaya, salah satu upaya yang harus didorong adalah
pengembangan dan penerapan bioteknologi akuakultur. Bioteknologi akuakultur yang dibutuhkan dalam
rangka mencapai tujuan tersebut antara lain melalui kajian aspek-aspek
genetika, teknologi reproduksi, nutrisi, wadah budidaya, penyakit dan
lingkungan. Pemerintah dalam hal ini akan terus mendorong pengembangan riset
dan perekayasaan teknologi akuakultur yang dalam implementasinya akan
melibatkan unsur dari perguruan tinggi.
Peningkatan produksi harus disertai dengan upaya
efisiensi, peningkatan mutu dan keamanan hasil perikanan serta ramah lingkungan
untuk keberlanjutan usaha budidaya. Peran Bioteknologi dalam upaya penyediaan
induk dan benih unggul, efisiensi penggunaan pakan, serta menjaga kualitas
perairan dilakukan melalui moderenisasi proses budidaya yang harus menjadi
bagian integral dari pengembangan industrialisasi perikanan budidaya untuk
menghasilkan nilai tambah dan meningkatkan daya saing.
Dalam berbagai hal beberapa
produk perikanan melalui
Bioteknologi Genetik pada ikan dapat digunakan untuk meningkatkan
pertumbuhan, daya tahan terhadap penyakit dan lingkungan
seperti berikut ini :
a)
Pembenihan selektif : Peningkatan
tingkat pertumbuhan 5-20% pada ikan budidaya seperti Salmon, Nila dan catfish.
b)
Manipulasi Kromosom : Menghasilkan organisme ‘triploid’ digunakan untuk meningkatkan perkembangan Ikan
c)
Budidaya Sejenis (monosex culture) : Manfaat besar dari teknik ini
yaitu semua populasi jantan bisa diproduksi untuk generasi seterusnya tanpa
menggunakan hormon
d)
Hibridasi : Hibridasi bisa digunakan juga untuk menghasilkan
anakan satu jenis kelamin
e)
Perkembangan Teknologi Transgenik atau Modifikasi Organisme secara Genetik (GMOs). Telah dibuktikan dengan peningkatan tingkat pertumbuhan yang tinggi pada
ikan mas, catfish, salmom, ikan nila, mudloach,dan trout
f)
Bioteknologi sumber bahan baku pakan ikan yang
ramah lingkungan;
Penerapan Bioteknologi
akuakultur yang telah mampu diterapkan sebagai hasil dari proses riset dan perekayasaan
diarahkan dalam upaya meningkatkan efesiensi, peningkatan produksi dan nilai
tambah. Inovasi
bioteknologi akuakultur yang telah diterapkan antara
lain: (1) Dalam menghasilkan induk dan benih unggul telah dilakukan melalui
perekayasaan genetic. Upaya tersebut telah menghasilkan induk ikan unggul
seperti Lele Sangkuriang, Nila Gesit/sultana/Nirwana, Udang vaname Nusantara,
Kerapu Cantang, Kerapu cantik dll; (2) Untuk lebih mempercepat pertumbuhan
benih ikan unggul tersebut, dilengkapi dengan perlakuan vaksinasi dan
perendaman growth stimulator; (3) Untuk menjaga kualitas
air pada pengelolaan media budidaya menggunakan perlakuan probiotik yang
dilengkapi dengan system bioflok; (4) Penggunaan pakan buatan yang dilengkapi
dengan enzim dalam upaya efisiensi pemanfaatan pakan selain bioflok yang juga
berfungsi sebagai pakan alami. Upaya-upaya tersebut telah secara nyata mampu
meningkatkan produksi, produktivitas dan hasil produksi yang berdaya saing.
Penerapan Bioflok pada proses produksi ikan lele dan udang secara nyata
telah mampu meningkatkan efesiensi dan produktivitas. Bioflok berfungsi dalam men-treatment limbah budidaya secara
langsung di dalam petak budidaya agar tidak menjadi racun
dengan mempertahankan kecukupan oksigen
mikroorganisme, dan rasio C/N dalam tingkat tertentu. Serta mereduksi
bahan-bahan organik dan senyawa beracun yang terakumulasi dalam air
pemeliharaan, juga sebagai pakan alami bagi ikan/udang. Melalui
Penerapan bioflok pada budidaya ikan lele, mampu meningkatkan efesiensi pakan
dengan tingkat FCR mencapai 0,8. Dengan begitu penerapan bioflok secara langsung
telah
mampu meminimalisir cost production
secara signifikan.
Disamping itu, sejalan dengan prinsip Blue Economy, maka usaha komoditas
perikanan budidaya harus mampu memberikan jaminan bahwa aktivitas budidaya
telah mempertimbangkan nilai-nilai lestari (sustainable values) dan pro-enviroment
serta memberikan dampak terhadap munculnya multiple
cash flow sebagai unit usaha turunan yang potensial untuk dikembangkan.
Melalui peran bioteknologi, pada komoditas rumput laut misalnya telah mampu
menghasilkan berbagai produk turunan yang sangat kompleks peruntukannya baik
untuk bahan baku industri (seperti kertas, cat, dll), farmasi (obat, dan
kosmetik), maupun food grade (bahan
baku makanan). Penerapan budidaya udang secara terintegrasi (Shrimp Farming Incorporated) melalui
penerapan teknologi Close System dengan plastikisasi telah
dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan efesiensi dan produktivitas yang
berpegang pada prinsip ramah lingkungan (Pro-enviroment).
Pada budidaya patin misalnya, saat ini telah mulai diterapkan system budidaya
dengan kolam dalam, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas. Kesemua itu
merupakan upaya-upaya pemanfaatan bioteknologi akuakultur
dalam mendukung industrialisasi
perikanan budidaya.
Peranan
Bioteknologi dalam peningkatan produksi perikanan budidaya telah secara nyata menghasilkan
berbagai keuntungan baik dari aspek produksi maupun aspek ekonomi. Dilihat dari
aspek produksi, telah secara nyata mampu meningkatkan produksi dan
produktivitas sedangkan dari segi ekonomi penerapan bioteknologi akuakultur
telah mampu meningkatkan efisiensi biaya produksi serta meningkatkan margin
keuntungan dalam usaha budidaya ikan sehingga perlunya dicarikan terobosan baru
untuk menghasilkan inovasi yang sangat bermanfaat dalam bidang perikanan pada
khususnya dan bidang lainnya pada umumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar