AKSELERASI INDUSTRIALISASI PERIKANAN
BUDIDAYA
MELALUI FORUM KONSOLIDASI PERIKANAN
BUDIDAYA
Mewujudkan
pencapaian industrialisasi perikanan budidaya merupakan sebuah keniscayaan yang
harus segera direalisasiikan sebagai upaya dalam mengoptimalkan potensi
perikanan budidaya menuju pencapaian produksi yang berdaya saing dan
berkelanjutan. Inilah yang tentunya akan menjadi tanntangan besar bagaimana
potensi sumber daya perikanan budidaya ini dapat digarap secara optimal dan
berkelanjutan dalam
rangka menopang pembangunan perikanan dalam kerangka pembangunan ekonomi nasional.
rangka menopang pembangunan perikanan dalam kerangka pembangunan ekonomi nasional.
Direktorat
Jenderal Perikanan sebagai unsur teknis menyadari betul bahwa tantangan besar
tersebut tidak akan mungkin bisa dihadapi tanpa membangun kerjasama secara
sinergi dengan stakeholders lain. Inovasi
teknologi akuakultur yang menjadi penggerak utama, sampai saat ini telah
menunjukan perkembangan yang sangat menggembirakan, beragam hasil inovasi dan
perekayasaan teknologi melalui pengembangan bioteknologi akuakultur telah secara
nyata memberikan harapan besar bagi terwujudnya industrialisasi perikanan
budidaya. Namun demikian, disadari atau tidak pengembangan inovasi teknologi
akuakultur tersebut belum sepenuhnya terimplementasi dalam skup yang lebih
luas, sehingga diperlukan upaya percepatan dalam mendorong penerapan teknologi
tersebut di seluruh lapisan masyarakat pembudidaya khususnya di kawasan-kawasan
potensial. Disamping itu industrialisasi perikanan budidaya perlu di dorong
antara lain melalui regulasi, Intervensi, Insentif dan pengembangan sistem
budidaya.
Percepatan
pencapaian industrialisasi perikanan budidaya mustahil akan mampu dicapai tanpa
adanya input teknologi di dalamnya, sehingga peran riset dan perekayasaan yang
bersifat inovatif, aplikatif, efektif dan efisien sudah seharusnya diberi ruang
yang luas, tentunya yang peling penting adalah percepatan implementasi secara
luas di tingkat pelaku utama. Mempertimbangkan hal tersebut, Ditjen Perikanan
Budidaya memandang perlu untuk melakukan konsolidasi khususnya terkait dengan upaya
memperkenalkan hasil-hasil perekayasaan yang bersifat aplikatif dan siap
diadopsi oleh pelaku utama yaitu dengan memfasilitasi melalui Forum Konsolidasi
Perikanan Budidaya.
Kegiatan yang berlangsung
mulai tanggal 6 s/d 9 Mei 2013 di Bandung mengusung tema “ Sinergitas antar stakeholder dalam mendukung
Industrialisasi Perikanan Budidaya” secara
langsung di buka oleh Direktur Jenderal Perikanan Budidaya. Hadir dalam acara plennary session beberapa
narasumber/praktisi antara lain : a) Prof. Slamet Budi Prayitno yangg
memaparkan terkait dengan kasus Early
Mortality Syndrome (EMS) yang menjadi pemicu kegagalan usaha budidaya udang
di beberapa negara tetangga; b) Dr. Hasanuddin Acho yang menyampaikan
perekayasaan terkait budidaya udang vaname supra intensif; c) Supito, M.Si
menyampaikan terkait pengembangan budidaya udang semi intensif dengan
plastikisasi; d) Muhamad Amir menyampaikan keberhasilan terkait usaha budidaya
lele intensif sistem biofloc; e). Dr. Fazar Basuki menyampaikan pengembangan
usaha minapadi sebagai alternatif dalam menopang ketahanan pangan; f) Kepala
BKIPM menyampaikan terkait kebijakan KKP dalam mencegah masuknya penyebaran
penyakit EMS ke wilayah Indonesia; dan g) Muhamad Ridwan yang menyampaikan
pengembangan budidaya sidat glass eel.
Selain penyampaian melalui plennary
session, juga diselenggarakan seminar terkait hasil-hasil perekayasaan
teknologi budidaya yang siap adopsi dengan total ≥ 30 inovasi teknologi masing-masing
pada sub bidang budidaya air tawar, budidaya air payau dan budidaya air laut.
Disamping itu juga menyuguhkan kegiatan lain diantaranya rapat koordinasi
komisi obat Indonesia, dan dialog interaktif terkait peran dari stakeholder usaha budidaya air tawar yaitu
mulai dari pembudidaya, pelaku usaha/swasta, lintas sektoral dan perbankan.
Dalam arahannya
Dirjen Perikanan Budidaya, Dr. Ir. Slamet Subjakto menekankan pentingnya kerjasama
secara sinergi dari sluruh stakeholders
perikanan budidaya dalam upaya mendorong industrialisasi perikanan budidaya,
hal ini mengingat kebijakan industrialisasi tidak akan mampu dicapai hanya dengan
kekuatan pemerintah dalam hal ini KKP, sehingga perlu adanya peran aktif dari
seluruh stakeholders khususnya
keterlibatan peran dari lintas sektoral, swasta dan perbankan. Ditambahkan
Slamet, bahwa Forum Konsolidasi Perikanan Budidaya hendaknya dijadikan titik
tolak untuk merapatkan barisan dalam menyongsong tantangan besar perikanan
budidaya ke depan. Melalui Forum ini juga diharapkan akan menghasilkan rekomendasi-rekomendasi
khususnya yang bersifat teknis sebagai acuan bagi percepatan peningkatan
produksi perikanan budidaya.
Beberapa
rekomendasi yang dihasilkan dari rangkaian kegiatan Forum Konsolidasi Perikanan
Budidaya, antara lain sebagai berikut :
a) Perlu
segera melakukan penyebaran informasi dan implementasi inovasi teknologi
akuakultur secara langsung kepada masyarakat pembudidaya di kawasan-kawasan
sentral produksi maupun kawasan potensial lainnya. Dalam percepatan
implementasi inovasi teknologi tersebut, maka Ditjen Perikanan Budidaya akan
bersinergi dengan Badan SDM Kelautan dan Perikanan dalam hal ini Pusat
Penyuluhan KP, untuk meningkatkan peran penyuluh sebagai media transfer
teknologi ke pelaku utama.
b) Dalam
hal pentingnya dukungan lintas sektoral, Ditjen Perikanan Budidaya telah
melakukan kerjasama melalui penandatangan kesepahaman dalam mendukung
industrialisasi perikanan budidaya antara lain dengan Badan Pertanahan Nasional
(BPN) terkait dengan Sertifikasi Hak Atas
Tanah Pembudidaya, PT. PLN Persero dalam dukungan suplly energi listrik,
Kementerian PU terkait dukungan infrastruktur, Kementerian ESDM terkait
dukungan energi BBM, Perbankan terkait dukungan skame pembiayaan, pihak Mitra/investor, dan Pemerintah Daerah.
c) Perlu
ada garansi inovasi teknologi sebagai jaminan bagi mempermudah akses perbankan
d) Terkait
dengan kasus penyakit EMS, Kementerian Kelautan dan Perikanan segera
mengeluarkan kebijakan dalam upaya pencegahan kemungkinan masuknya penyakit
tersebut ke wilayah NKRI. Perlu segera mensinergikan untuk melakukan survilance aktif terhadap kemungkinan
penyebaran penyakit untuk selanjutnya
men-diclair bahwa Indonesia terbebas
dari jenis penyakit EMS.
e) Menekankan
pentingnya penggunaan sarana dan prasarana produksi yang berasal dari produk-produk
dalam negeri dan mengurangi penggunaan produk-produk impor yang tida jelas
khususnya pada penggunaan probiotik dan pakan untuk mengantisipasi kemungkinan
masuknya penyakit-penyakit baru.
f) Dalam
upaya mengkoordinasikan dan mempercepat implementasi terhadap hasil
konsolidasi, maka perlu dibentuk tim implementasi di tingkat pusat yang
melibatkan pihak terkait lainnya.
Tantangan
besar terkait bisnis akuakultur seiring dengan semakin ketatnya daya saing
perdagangan global, maka mau tidak mau Indonesia sebagai negara dengan suguhan
potensi akuakultur terbesar harus mampu berada digaris paling depan sebagai
penghasil produk perikanan budidaya yang berdaya saing, sehingga melalui upaya
konsolidasi secara nasional dengan melibatkan peran dari seluruh stakeholders, diharapkan seluruh target
yang telah diproyeksikan akan dengan mudah tercapai.
Posted by Cocon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar