Term of References
PENYELENGARAAN
KONSOLIDASI BUDIDAYA AIR PAYAU DAN LAUT NASIONAL TAHUN 2013
I.
PENDAHULUAN
Indonesia
dihadapkan pada sebuah tantangan besar dalam menghadapi Asean Economic Community (AEC) Tahun 2015, dimana kawasan Regional
ASEAN menjadi pasar bebas sesame Negara-negara ASEAN. Namun, tantangan tersebut akan menjadi
peluang besar jika Indonesia mampu dan berdaya saing. Produk Perikanan saat ini
menjadi basis utama dalam memperkuat
ketahanan pangan dunia (FAO, 2013), dimana sub sektor Perikanan Budidaya menjadi salah satu objek penting dalam transaksi arus perdagangan global dan regional. Disisi lain, faktor food safety saat ini telah menjadi issue pada tataran konsumen global sehingga penerapan Cara Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB) menjadi sesuatu yang mutlak dilakukan dalam upaya menjamin daya saing produk. Namun, saat ini pembudidaya yang telah memiliki sertifikat CBIB masih belum merasakan dampak/nilai tambah ekonomi secara langsung. Mempertimbangkan hal tersebut, maka diperlukan upaya/ kebijakan yang memberikan nilai tambah bukan hanya terhadap konsumen, namun lebih dapat dirasakan oleh para pelaku usaha budidaya.
ketahanan pangan dunia (FAO, 2013), dimana sub sektor Perikanan Budidaya menjadi salah satu objek penting dalam transaksi arus perdagangan global dan regional. Disisi lain, faktor food safety saat ini telah menjadi issue pada tataran konsumen global sehingga penerapan Cara Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB) menjadi sesuatu yang mutlak dilakukan dalam upaya menjamin daya saing produk. Namun, saat ini pembudidaya yang telah memiliki sertifikat CBIB masih belum merasakan dampak/nilai tambah ekonomi secara langsung. Mempertimbangkan hal tersebut, maka diperlukan upaya/ kebijakan yang memberikan nilai tambah bukan hanya terhadap konsumen, namun lebih dapat dirasakan oleh para pelaku usaha budidaya.
Udang
sebagai komoditas unggulan ekspor perikanan Indonesia keberadaannya menjadi
sangat strategis dalam menopang perekonomian nasional melalui penciptaan devisa
Negara dan pengentasan kemiskinan masyarakat pesisir. Hal tersebut didukung oleh potensi lahan dan
produktivitas yang tinggi serta terbebas dari wabah EMS.
Fenomena
merebaknya penyakit EMS (Early Mortality
Syndrome) pada beberapa Negara pesaing seperti Thailand, Vietnam, Malaysia
dan Mexico telah memaksa pasar udang dunia kehilangan 300 – 400 ribu suplai. Saat ini keberadaan petambak tradisional masih
mendominasi pada sentral-sentral produksi, namun demikian keberadaannya saat
ini belum dikendalikan secara teknis khususnya terkait penerapan SOP pada
proses produksi budidaya. Disamping itu ketersediaan benur Udang yang unggul
menjadi hal yang mutlak dalam menjamin keberhasilan usaha budidaya, sehingga
perlu adanya jaminan ketersedian nauplius udang vaname bebas penyakit di
sentral-sentral produksi.
Khusus pada usaha budidaya kerapu pelaku usaha dihadapkan pada kenyataan adanya
kebijakan
baru pemerintah China terkait himbauan bagi
warganya untuk mengurangi konsumsi bahan pangan yang mahal, pada kenyataannya
secara langsung berimbas pada penurunan permintaan produk ikan kerapu bebek
asal Indonesia. Kondisi ini mengingat ikan kerapu mempunyai pangsa pasar
tunggal yaitu China/Hongkong. Mempertimbangkan hal tersebut, Sebagai negara
yang mempunyai potensi pengembangan marikultur terbesar di dunia, maka
transformasi teknologi untuk pengembangan jenis komoditas potensial lainnya sangat
diperlukan misalnya untuk kakap Putih, kakap merah, lobster dan lainnya. Disisi
lain, kendala yang dihadapi Abilindo (Asosiasi Budidaya Ikan laut Indonesia)
antara lain adalah peraturan dan insentif yang tidak sebaik seperti di negara
Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Untuk
itu diperlukan regulasi yang secara langsung mendorong tumbuh kembangnya usaha
marikultur di Indonesia, salah satunya antara lain memberikan kemudahan terkait
investasi dan penguatan bagi pelaku uasaha yang ada.
Guna memecahkan permasalahan
tersebut, perlu dilaksanakan Konsolidasi
Budidaya Air Payau dan Laut Nasional 2013 sebagai media dan wadah
untuk mensinergikan dan menggalang pemikiran dari
berbagai stakeholders. Selain itu, konsolidasi
juga bisa digunakan untuk memfasilitasi kemitraan antar stakeholders. Hasil
dari konsolidasi diharapkan sebagai acuan kebijakan
yang bersifat implementatif dalam pengembangan perikanan budidaya khususnya komoditas unggulan budidaya air payau dan
laut.
II.
TEMA KEGIATAN
Konsolidasi
Budidaya Air Payau dan Laut Nasional ini bertemakan "Sinergisitas Untuk Mewujudkan Industri Perikanan
Budidaya Yang Tangguh, Berdaya Saing, Berkelas Dunia dan Berkelanjutan "
III.
MAKSUD DAN TUJUAN
a.
Membangun kerjasama sinergi antar seluruh stakeholders
terkait percepatan pencapaian industrialisasi perikanan budidaya khususnya pada
komoditas unggulan budidaya air payau dan laut yang berdaya saing dalam menghadapi era pasar bebas
regional Asean (Asean Economic Community)
di Tahun 2015.
b.
Menghasilkan acuan kebijakan
yang bersifat implementatif dalam mewujudkan industri perikanan budidaya
khususnya komoditas unggulan budidaya air payau dan laut yang tangguh, berdaya
saing dan berkelanjutan.
IV.
KELUARAN
a.
Terbangunnya sinergisitas dan
tanggungjawab antar stakeholders
dalam percepatan pencapaian
industrialisasi perikanan budidaya khususnya pada komoditas unggulan budidaya
air payau dan laut yang berdaya saing dalam
menghadapi era pasar bebas regional Asean (Asean
Economic Community) di Tahun 2015
b.
Tercapaiannya acuan kebijakan
yang implementatif dalam menjamin pengembangan dan keberlanjutan usaha budidaya
air payau dan laut yang tangguh, berdaya saing dan berkelanjutan
V.
WAKTU DAN TEMPAT
Pertemuan Konsolidasi Budidaya Air Payau dan Laut Nasional diselenggarakan :
a. Pembukaan Tanggal 25 November 2013 bertempat di Hotel Bumi Surabaya, Lentjen Basuki Rachmat
Surabaya Center, Surabaya 106 – 108
b.
Tanggal 26-28 November bertempat
Empire Hotel Jln Blauran 57 – 75 Surabaya
Jadwal Kegitan sebagaimana terlampir dalam panduan
ini
VI.
RUANG LINGKUP AGENDA KEGIATAN
Bertolak dari tema dan tujuan penyelenggaraan konsolidasi
ini, agenda kegiatan meliputi :
- Agenda Utama, antara lain :
1.
Peluncuran
Perdana AquaCards
2.
Penandatangan Kerjasama :
a. Perjanjian
Kerja sama Budidaya Rumput Laut melalui
kultur jaringan antara Direktur Perbenihan dengan Direktur Biotrop
b. MoU antara
pembenihan skala besar dan skala kecil
3. Pelantikan
Asosiasi :
a. Pengukuhan Asosiasi Tambak Tradisional
b. Pengukuhan Asosiasi Pembenih Udang Skala Rumah
Tangga (HSRT)
c. Pengukuhan Forum Komunikasi Pembenihan Udang Indonesia
- Plannery Session, dengan materi antara lain :
4.
Kebijakan dan Strategi Pengembangan
Budidaya Air Payau dan Laut oleh Direktur Jenderal Perikanan Budidaya
5.
The Role of Best Quality Broodstock in Shrimp
Production Security oleh George Chamberlain
6.
Peluang Pasar Ekspor Bagi
Produk Perikanan Budidaya Air Payau dan Laut ke Depan oleh Direktur Jenderal
P2HP
7.
Peningkatan Kesadaran Kualitas
Perikanan Budidaya Dalam Sistem Jaminan Mutu Produk Ekspor oleh Kepala
Karantina dan Badan Pengendalian Mutu
8.
Success Story Pengelolaan Kelompok
Mandiri Efektif di Aceh oleh Muchtar, SE
9.
Pembinaan Klaster Budidaya
Udang Kampung Vaname oleh PT. Central Proteina Prima
10. Peran Sertifikasi Standar Kompetensi Kerja Bagi
Pembudidaya Ikan dalam Menghadapi AEC Tahun 2015 oleh Kepala Pusat Pelatihan
Kelautan dan Perikanan
11. Penerapan AquaCards untuk Manajemen Kelompok
Pembudidaya Ikan oleh Direktur Produksi
12. Sinergisitas dengan Asosiasi sebagai Jaminan
Ketersediaan induk dan benih baik kuantitas maupun kualitas oleh Direktur
Perbenihan
13. Posikandu dan Peningkatan Keterampilan Petugas
Pengawas Penyakit Ikan Sebagai Sarana Efektif Pengendalian Hama dan Penyakit
Ikan oleh Direktur Kesehatan Ikan dan Lingkungan
14. Sinergitas Dukungan Prasarana dalam Pencapaian
Industrialisasi Perikanan Budidaya oleh Direktur Prasarana dan Sarana Budidaya
15. Penguatan Usaha Pokdakan Melalui Sistem Asuhan
Dalam Peningkatan Kematangan Usaha Masyarakat oleh Direktur Usaha Budidaya
16. Kesiapan GPMT Dalam Menghadapi Asean Economic
Community (AEC) tahun 2015 oleh Denny Indrajaya (Ketua Divisi Akuakultur GPMT)
17. Strategi dan Peran SCI Dalam Pengendalian Penyakit
Udang oleh Iwan Sutanto (Ketua SCI)
18. Model Sistem Pembenihan Terintegrasi Antara
Pemerintah dan Swasta Dalam Meningkatkan Kualitas dan Efesiensi Produksi oleh
Agus Soma Miharja (Ketua MPPI)
19. Grand Design Peningkatan Arus Ekspor Komoditas
Perikanan oleh Direktur Ekspor Pertanian, Perikanan dan Kehutanan – Kementerian
Perdagangan
20. Penyederhanaan Prosedur Regulasi dalam Memberikan
Kemudahan bagi Penanaman Investasi di Bidang Perikanan Budidaya oleh Kepala
Badan Koordinasi Penanaman Modal RI
21. Peranan Insentif Pajak Dalam Investasi Modal Dalam
Negeri dan Luar Negeri oleh Direktur Jenderal Pajak – Kementerian Keuangan RI
- Agenda Working Group, antara lain terdiri dari :
A.
Working Group I : Percepatan
Capaian dan Penerapan CBIB
Agenda Diskusi :
a) Strategi
Percepatan penerapan CBIB pada unit usaha budidaya
b) Pembahasan
kesepakatan pemberian insentif oleh perusahaan pakan dan UPI serta terbukanya
pasar retailer modern bagi unit usaha budidaya tersertifikasi
c) Pembahasan
terkait sertifikasi spesifik oleh retailer modern dalam negeri (Private Standard)
d) Sosialisasi
penerapan Aquacards sebagai perangkat kontrol implementasi CBIB
e) Penentuan
lokus sentral produksi yang tersertifikasi CBIB untuk membangun model jaringan
bisnis dengan retailer modern
f) Hal-hal
lain yang berkembang
Keluaran :
a) Tercapaiannya
kesepakatan terkait pemberian insentif harga pakan dan jaminan pasar oleh
retailer modern bagi unit usaha budidaya yang tersertifikasi CBIB
b) Terbentuknya
acuan pembuatan sertifiksi oleh retailer dari aspek budidaya dan pasca panen (private standard)
c) Terciptanya
jejaring bisnis yang lebih kuat dari hulu-ke hilir.
d) Bahan
masukan RPJM 2015-2019
B.
Working Group II : Industrialisasi Udang
Agenda Diskusi :
1) Pemaparan
materi dengan topik : a) Strategi SCI Dalam Mendukung Industrialisasi Udang
Nasional oleh Ketua Umum SCI; b) Manajemen
Klaster Budidaya Udang Berbasis Kawasan oleh PT. CP
Prima;
c) Upaya Pencegahan Masuknya Wabah EMS ke Wilayah NKRI oleh Kepala Pusat Karantina Ikan - BKIPM.
2) Penataan
dan pengendalian terhadap Pokdakan tradisional
3) Pembentukan
asosiasi HSRT dengan self kontrol dalam upaya menjamin kualitas benur
4) Rencana
aksi terkait implementasi pembentukan naupli center bagi VN1 di sentral-sentral
produksi
5) Jaminan
penyediaan induk/nauplius berkualitas bagi pembenihan skala industri dan HSRT
6) Pembahasan
terkait SOP budidaya udang tradisional dan semi intensif
7) Hal-hal
lain yang berkembang
Keluaran :
1) Terbangunnya
kelembagaan dan jejaring kerja petambak tradisional dan HSRT di sentral-sentral
produksi
2) Draft
SOP budidaya tradisional sebagai acuan bagi pengendalian dari aspek teknis
3) Kesepakatan
terkait self control oleh Asosiasi petambak tradisional, HSRT dan Intensif
4) Terimplementasinya
pembangunan nauplius senter bagi VN1 di sentral-sentral produksi
5) Bahan
masukan RPJM 2015-2019
C.
Working Group III : Pengembangan Marikultur
Agenda Diskusi :
1) Pemaparan
materi dengan topik : a) Rencana Aksi Abilindo Dalam Pengembangan Usaha
Budidaya Kerapu di Indonesia oleh Ketua Abilindo;
b) Strategi Pengendalian Resiko Negatif Penyebaran Kerapu Hybrid terhadap
Kelangsungan Biodiversity oleh Prof. Dr. Ir. Slamet Budi prayitno, M.Sc;
c) Prospek Budidaya Kakap dan Strategi Pengembangannya Untuk Memenuhi Pasar
Ekspor oleh Direktur Utama Indomarine / Ketua Abilindo
2) Diversifikasi
komoditas budidaya laut yang potensial : kakap merah, kakap putih, lobster dan
lainnya.
3) Strategi
percepatan alih teknologi berbasis komoditas dan transfer informasi teknologi
4) Strategi
pasar : Promosi pasar ikan kakap di Luar Negeri melalui diversifikasi produk
olahan sesuai minat pasar ekspor (konsumen luar negeri)
5) Jaminan
ketersediaan induk/benih berkualitas melalui broodstock center
6) Jaminan
pemasaran dalam negeri dan luar negeri
7) Sinergitas
kegiatan pembenihan, percontohan dan sarana terhadap kebutuhan klaster, lokasi
prossesing dan pemasaran
8) Pembahasan
road map pengembangan marikultur
9) Pembahasan
terkait kemudahan regulasi bagi pelaku usaha marikultur dalam menghadapi AEC
2015
10) Hal-hal
lain yang berkembang
Keluaran :
1) Road
map dan rencana aksi pengembangan marikultur
2) Tercapainya
komitmen perluasan pasar dalam negeri dan luar negeri dan terpetakannya peluang
pasar bagi komoditas potensial
3) Tercapainya
strategi percepatan alih teknologi berbasis komoditas
4) Bahan
masukan RPJM 2015-2019
VII.
PESERTA
Jumlah peserta yang akan hadir
sekitar 180 peserta yang terdiri dari unsur Pemerintah (lintas sektoral)
sebagai pemangku kebijakan, pelaku usaha (eksportir, perusahaan), Asosiasi,
industri pakan, peneliti/praktisi akuakultur, akademisi dan pembudidaya ikan.
VIII. BIAYA PENYELENGGARAAN
Biaya penyelenggaraan pertemuan bersumber dari APBN
Satuan Kerja Direktorat Produksi Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Tahun
Anggaran 2013
IX.
TATA TERTIB
1. Peserta diharapkan hadir 15 menit sebelum acara
dimulai;
2. Selama mengikuti acara, pakaian bebas, rapi dan
sopan serta memakai tanda peserta;
3. Panitia membantu penyelesaian tanda tangan SPPD
bagi peserta dan harap dikumpulkan di meja panitia pada saat registrasi;
4. Kebutuhan peserta diluar yang telah ditentukan
menjadi tanggung jawab peserta (antara lain: makan dan minum diluar acara,
telepon pribadi, laundry, dan lain lain);
5. Diharapkan tidak membawa pulang barang inventaris
milik hotel.
X.
PENUTUP
Pelaksanaan Konsolidasi Budidaya Payau dan Laut Nasional 2013 diharapkan dapat berjalan lancar sesuai jadwal
yang ditetapkan dan memberi manfaat bagi pencapaian keberhasilan pengembangan perikanan budidaya. Untuk itu diharapkan partisipasi aktif dari semua pihak yang terkait.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan keberkahan
kepada niat baik kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar