Kamis, 21 November 2013

KONSOLIDASI NASIONAL BUDIDAYA AIR PAYAU DAN LAUT TAHUN 2013



Term of References
PENYELENGARAAN KONSOLIDASI BUDIDAYA AIR PAYAU DAN LAUT NASIONAL TAHUN 2013

I.             PENDAHULUAN

Indonesia dihadapkan pada sebuah tantangan besar dalam menghadapi Asean Economic Community (AEC) Tahun 2015, dimana kawasan Regional ASEAN menjadi pasar bebas sesame Negara-negara ASEAN.  Namun, tantangan tersebut akan menjadi peluang besar jika Indonesia mampu dan berdaya saing. Produk Perikanan saat ini menjadi basis utama dalam memperkuat
ketahanan pangan dunia (FAO, 2013), dimana sub sektor Perikanan Budidaya menjadi salah satu objek penting dalam transaksi arus perdagangan global dan regional. Disisi lain, faktor food safety saat ini telah menjadi issue pada tataran konsumen global sehingga penerapan Cara Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB) menjadi sesuatu yang mutlak dilakukan dalam upaya menjamin daya saing produk. Namun, saat ini pembudidaya yang telah memiliki sertifikat CBIB masih belum merasakan dampak/nilai tambah ekonomi secara langsung. Mempertimbangkan hal tersebut, maka diperlukan upaya/ kebijakan yang memberikan nilai tambah bukan hanya terhadap konsumen, namun lebih dapat dirasakan oleh para pelaku usaha budidaya. 
Udang sebagai komoditas unggulan ekspor perikanan Indonesia keberadaannya menjadi sangat strategis dalam menopang perekonomian nasional melalui penciptaan devisa Negara dan pengentasan kemiskinan masyarakat pesisir.  Hal tersebut didukung oleh potensi lahan dan produktivitas yang tinggi serta terbebas dari wabah EMS.
Fenomena merebaknya penyakit EMS (Early Mortality Syndrome) pada beberapa Negara pesaing seperti Thailand, Vietnam, Malaysia dan Mexico telah memaksa pasar udang dunia kehilangan 300 – 400 ribu suplai. Saat ini keberadaan petambak tradisional masih mendominasi pada sentral-sentral produksi, namun demikian keberadaannya saat ini belum dikendalikan secara teknis khususnya terkait penerapan SOP pada proses produksi budidaya. Disamping itu ketersediaan benur Udang yang unggul menjadi hal yang mutlak dalam menjamin keberhasilan usaha budidaya, sehingga perlu adanya jaminan ketersedian nauplius udang vaname bebas penyakit di sentral-sentral produksi.
Khusus pada usaha budidaya kerapu pelaku usaha dihadapkan pada kenyataan adanya kebijakan baru pemerintah China terkait himbauan bagi warganya untuk mengurangi konsumsi bahan pangan yang mahal, pada kenyataannya secara langsung berimbas pada penurunan permintaan produk ikan kerapu bebek asal Indonesia. Kondisi ini mengingat ikan kerapu mempunyai pangsa pasar tunggal yaitu China/Hongkong. Mempertimbangkan hal tersebut, Sebagai negara yang mempunyai potensi pengembangan marikultur terbesar di dunia, maka transformasi teknologi untuk pengembangan jenis komoditas potensial lainnya sangat diperlukan misalnya untuk kakap Putih, kakap merah, lobster dan lainnya. Disisi lain, kendala yang dihadapi Abilindo (Asosiasi Budidaya Ikan laut Indonesia) antara lain adalah peraturan dan insentif yang tidak sebaik seperti di negara Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Untuk itu diperlukan regulasi yang secara langsung mendorong tumbuh kembangnya usaha marikultur di Indonesia, salah satunya antara lain memberikan kemudahan terkait investasi dan penguatan bagi pelaku uasaha yang ada.
Guna memecahkan permasalahan tersebut, perlu dilaksanakan Konsolidasi Budidaya Air Payau dan Laut Nasional 2013 sebagai media dan wadah untuk mensinergikan dan menggalang pemikiran dari berbagai stakeholders. Selain itu, konsolidasi juga bisa digunakan untuk memfasilitasi kemitraan antar stakeholders. Hasil dari konsolidasi diharapkan sebagai acuan kebijakan yang bersifat implementatif dalam pengembangan perikanan budidaya khususnya komoditas unggulan budidaya air payau dan laut.

II.            TEMA KEGIATAN

Konsolidasi Budidaya Air Payau dan Laut Nasional ini bertemakan "Sinergisitas Untuk Mewujudkan Industri Perikanan Budidaya Yang Tangguh, Berdaya Saing, Berkelas Dunia dan Berkelanjutan "

III.          MAKSUD DAN TUJUAN

a.    Membangun kerjasama sinergi antar seluruh stakeholders terkait percepatan pencapaian industrialisasi perikanan budidaya khususnya pada komoditas unggulan budidaya air payau dan laut yang berdaya saing dalam menghadapi era pasar bebas regional Asean (Asean Economic Community) di Tahun 2015.

b.    Menghasilkan acuan kebijakan yang bersifat implementatif dalam mewujudkan industri perikanan budidaya khususnya komoditas unggulan budidaya air payau dan laut yang tangguh, berdaya saing dan berkelanjutan.

IV.          KELUARAN

a.    Terbangunnya sinergisitas dan tanggungjawab antar stakeholders dalam percepatan pencapaian industrialisasi perikanan budidaya khususnya pada komoditas unggulan budidaya air payau dan laut yang berdaya saing dalam menghadapi era pasar bebas regional Asean (Asean Economic Community) di Tahun 2015

b.    Tercapaiannya acuan kebijakan yang implementatif dalam menjamin pengembangan dan keberlanjutan usaha budidaya air payau dan laut yang tangguh, berdaya saing dan berkelanjutan

V.           WAKTU DAN TEMPAT

Pertemuan Konsolidasi Budidaya Air Payau dan Laut Nasional  diselenggarakan :

a.  Pembukaan Tanggal 25 November 2013 bertempat di Hotel Bumi Surabaya, Lentjen Basuki Rachmat Surabaya Center, Surabaya 106 – 108 
b.  Tanggal 26-28 November bertempat Empire Hotel Jln Blauran 57 – 75 Surabaya

Jadwal Kegitan sebagaimana terlampir dalam panduan ini


VI.          RUANG LINGKUP AGENDA KEGIATAN

Bertolak dari tema dan tujuan penyelenggaraan konsolidasi ini, agenda kegiatan meliputi :

  1. Agenda Utama, antara lain :
1.     Peluncuran Perdana AquaCards
2.     Penandatangan Kerjasama :
a. Perjanjian Kerja sama Budidaya  Rumput Laut melalui kultur jaringan antara Direktur Perbenihan dengan Direktur Biotrop
b. MoU antara pembenihan skala besar dan skala kecil
3.     Pelantikan Asosiasi :
a.   Pengukuhan Asosiasi Tambak Tradisional
b. Pengukuhan Asosiasi Pembenih Udang Skala Rumah Tangga (HSRT)
c.   Pengukuhan Forum Komunikasi Pembenihan Udang Indonesia

  1. Plannery Session, dengan materi antara lain :
4.    Kebijakan dan Strategi Pengembangan Budidaya Air Payau dan Laut oleh Direktur Jenderal Perikanan Budidaya
5.    The Role of Best Quality Broodstock in Shrimp Production Security oleh George Chamberlain
6.    Peluang Pasar Ekspor Bagi Produk Perikanan Budidaya Air Payau dan Laut ke Depan oleh Direktur Jenderal P2HP
7.    Peningkatan Kesadaran Kualitas Perikanan Budidaya Dalam Sistem Jaminan Mutu Produk Ekspor oleh Kepala Karantina dan Badan Pengendalian Mutu
8.    Success Story Pengelolaan Kelompok Mandiri Efektif di Aceh oleh Muchtar, SE
9.    Pembinaan Klaster Budidaya Udang Kampung Vaname oleh PT. Central Proteina Prima
10.  Peran Sertifikasi Standar Kompetensi Kerja Bagi Pembudidaya Ikan dalam Menghadapi AEC Tahun 2015 oleh Kepala Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan
11.  Penerapan AquaCards untuk Manajemen Kelompok Pembudidaya Ikan oleh Direktur Produksi
12.  Sinergisitas dengan Asosiasi sebagai Jaminan Ketersediaan induk dan benih baik kuantitas maupun kualitas oleh Direktur Perbenihan
13.  Posikandu dan Peningkatan Keterampilan Petugas Pengawas Penyakit Ikan Sebagai Sarana Efektif Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan oleh Direktur Kesehatan Ikan dan Lingkungan
14.  Sinergitas Dukungan Prasarana dalam Pencapaian Industrialisasi Perikanan Budidaya oleh Direktur Prasarana dan Sarana Budidaya
15.  Penguatan Usaha Pokdakan Melalui Sistem Asuhan Dalam Peningkatan Kematangan Usaha Masyarakat oleh Direktur Usaha Budidaya
16.  Kesiapan GPMT Dalam Menghadapi Asean Economic Community (AEC) tahun 2015 oleh Denny Indrajaya (Ketua Divisi Akuakultur GPMT)
17.  Strategi dan Peran SCI Dalam Pengendalian Penyakit Udang oleh Iwan Sutanto (Ketua SCI)
18.  Model Sistem Pembenihan Terintegrasi Antara Pemerintah dan Swasta Dalam Meningkatkan Kualitas dan Efesiensi Produksi oleh Agus Soma Miharja (Ketua MPPI)
19.  Grand Design Peningkatan Arus Ekspor Komoditas Perikanan oleh Direktur Ekspor Pertanian, Perikanan dan Kehutanan – Kementerian Perdagangan
20.  Penyederhanaan Prosedur Regulasi dalam Memberikan Kemudahan bagi Penanaman Investasi di Bidang Perikanan Budidaya oleh Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal RI
21.  Peranan Insentif Pajak Dalam Investasi Modal Dalam Negeri dan Luar Negeri oleh Direktur Jenderal Pajak – Kementerian Keuangan RI

  1. Agenda Working Group, antara lain terdiri dari :

A.    Working Group I : Percepatan Capaian dan Penerapan CBIB

Agenda Diskusi :
a)    Strategi Percepatan penerapan CBIB pada unit usaha budidaya
b)    Pembahasan kesepakatan pemberian insentif oleh perusahaan pakan dan UPI serta terbukanya pasar retailer modern bagi unit usaha budidaya tersertifikasi
c)     Pembahasan terkait sertifikasi spesifik oleh retailer modern dalam negeri (Private Standard)
d)    Sosialisasi penerapan Aquacards sebagai perangkat kontrol implementasi CBIB
e)    Penentuan lokus sentral produksi yang tersertifikasi CBIB untuk membangun model jaringan bisnis dengan retailer modern
f)     Hal-hal lain yang berkembang

Keluaran :
a)    Tercapaiannya kesepakatan terkait pemberian insentif harga pakan dan jaminan pasar oleh retailer modern bagi unit usaha budidaya yang tersertifikasi CBIB
b)    Terbentuknya acuan pembuatan sertifiksi oleh retailer dari aspek budidaya dan pasca panen (private standard)
c)     Terciptanya jejaring bisnis yang lebih kuat dari hulu-ke hilir.
d)    Bahan masukan RPJM 2015-2019

B.    Working Group II : Industrialisasi Udang

Agenda Diskusi :
1)    Pemaparan materi dengan topik : a) Strategi SCI Dalam Mendukung Industrialisasi Udang Nasional oleh Ketua Umum SCI; b) Manajemen Klaster Budidaya Udang Berbasis Kawasan oleh PT. CP Prima; c) Upaya Pencegahan Masuknya Wabah EMS ke Wilayah NKRI oleh Kepala Pusat Karantina Ikan - BKIPM.
2)    Penataan dan pengendalian terhadap Pokdakan tradisional
3)    Pembentukan asosiasi HSRT dengan self kontrol dalam upaya menjamin kualitas benur
4)    Rencana aksi terkait implementasi pembentukan naupli center bagi VN1 di sentral-sentral produksi
5)    Jaminan penyediaan induk/nauplius berkualitas bagi pembenihan skala industri dan HSRT
6)    Pembahasan terkait SOP budidaya udang tradisional dan semi intensif
7)    Hal-hal lain yang berkembang

Keluaran :
1)    Terbangunnya kelembagaan dan jejaring kerja petambak tradisional dan HSRT di sentral-sentral produksi
2)    Draft SOP budidaya tradisional sebagai acuan bagi pengendalian dari aspek teknis
3)    Kesepakatan terkait self control oleh Asosiasi petambak tradisional, HSRT dan Intensif
4)    Terimplementasinya pembangunan nauplius senter bagi VN1 di sentral-sentral produksi
5)    Bahan masukan RPJM 2015-2019

C.    Working Group III : Pengembangan Marikultur

Agenda Diskusi :
1)    Pemaparan materi dengan topik : a) Rencana Aksi Abilindo Dalam Pengembangan Usaha Budidaya Kerapu di Indonesia oleh Ketua Abilindo; b) Strategi Pengendalian Resiko Negatif Penyebaran Kerapu Hybrid terhadap Kelangsungan Biodiversity oleh Prof. Dr. Ir. Slamet Budi prayitno, M.Sc; c) Prospek Budidaya Kakap dan Strategi Pengembangannya Untuk Memenuhi Pasar Ekspor oleh Direktur Utama Indomarine / Ketua Abilindo
2)    Diversifikasi komoditas budidaya laut yang potensial : kakap merah, kakap putih, lobster dan lainnya.
3)    Strategi percepatan alih teknologi berbasis komoditas dan transfer informasi teknologi
4)    Strategi pasar : Promosi pasar ikan kakap di Luar Negeri melalui diversifikasi produk olahan sesuai minat pasar ekspor (konsumen luar negeri)
5)    Jaminan ketersediaan induk/benih berkualitas melalui broodstock center
6)    Jaminan pemasaran dalam negeri dan luar negeri
7)    Sinergitas kegiatan pembenihan, percontohan dan sarana terhadap kebutuhan klaster, lokasi prossesing dan pemasaran
8)    Pembahasan road map pengembangan marikultur
9)    Pembahasan terkait kemudahan regulasi bagi pelaku usaha marikultur dalam menghadapi AEC 2015
10)  Hal-hal lain yang berkembang

Keluaran :
1)    Road map dan rencana aksi pengembangan marikultur
2)    Tercapainya komitmen perluasan pasar dalam negeri dan luar negeri dan terpetakannya peluang pasar bagi komoditas potensial
3)    Tercapainya strategi percepatan alih teknologi berbasis komoditas
4)    Bahan masukan RPJM 2015-2019

VII.         PESERTA

Jumlah peserta yang akan hadir  sekitar 180 peserta yang terdiri dari unsur Pemerintah (lintas sektoral) sebagai pemangku kebijakan, pelaku usaha (eksportir, perusahaan), Asosiasi, industri pakan, peneliti/praktisi akuakultur, akademisi dan pembudidaya ikan.

VIII.       BIAYA PENYELENGGARAAN

Biaya penyelenggaraan pertemuan bersumber dari APBN Satuan Kerja Direktorat Produksi Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Tahun Anggaran 2013
IX.          TATA TERTIB

1.  Peserta diharapkan hadir 15 menit sebelum acara dimulai;
2.  Selama mengikuti acara, pakaian bebas, rapi dan sopan serta memakai tanda peserta;
3.  Panitia membantu penyelesaian tanda tangan SPPD bagi peserta dan harap dikumpulkan di meja panitia pada saat registrasi;
4.  Kebutuhan peserta diluar yang telah ditentukan menjadi tanggung jawab peserta (antara lain: makan dan minum diluar acara, telepon pribadi, laundry, dan lain lain);
5.  Diharapkan tidak membawa pulang barang inventaris milik hotel.


X.           PENUTUP

Pelaksanaan Konsolidasi Budidaya Payau dan Laut Nasional 2013 diharapkan dapat berjalan lancar sesuai jadwal yang ditetapkan dan memberi manfaat bagi pencapaian keberhasilan pengembangan perikanan budidaya. Untuk itu diharapkan partisipasi aktif dari semua pihak yang terkait.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan keberkahan kepada niat baik kita semua.  

Tidak ada komentar: