BANDENG MENUJU INDUSTRI YANG BERDAYA
SAING GUNA MENYONGSONG AEC 2015
Bicara ikan Salmon, maka Dunia
akan melirk Norwegia sebagai negara produsen sekaligus pengendali perdagangan
ikan Salmon Dunia, hal ini kenapa? Tiada lain karena negara tersebut mampu menjadikan
komoditas ini sebagai industri yang
maju, dikelola secara terintegrasi, mempunyai target dan perhitungan ekonomis
yang pasti, serta pasar yang jelas sehingga daya saing sangat tinggi. Hal
itulah sejatinya esensi dari Industrialisasi yang sebenarnya.
Jika Norwegia punya Salmon, maka Indonesia sesungguhnya mempunyai potensi yang jarang dimiliki oleh negara lain yaitu bandeng atau nama tren global biasa disebut Milk Fish. Merujuk pada data produksi nasional, Indonesia saat ini mampu menjadi produsen bandeng terbesar dunia dengan angka produksi Tahun 2012 mencapai 518.939 ton. Satu hal yang membedakan dengan Salmon di Norwegia adalah bahwa bandeng Indonesia belum dikatakan sepenuhnya menjadi industri, sehingga nilai tambah dan daya saing perlu ditingkatkan.
Jika Norwegia punya Salmon, maka Indonesia sesungguhnya mempunyai potensi yang jarang dimiliki oleh negara lain yaitu bandeng atau nama tren global biasa disebut Milk Fish. Merujuk pada data produksi nasional, Indonesia saat ini mampu menjadi produsen bandeng terbesar dunia dengan angka produksi Tahun 2012 mencapai 518.939 ton. Satu hal yang membedakan dengan Salmon di Norwegia adalah bahwa bandeng Indonesia belum dikatakan sepenuhnya menjadi industri, sehingga nilai tambah dan daya saing perlu ditingkatkan.
Bandeng mempunyai nilai
strategis bukan hanya dari aspek ekonomi, namun yang sangat penting komoditas
yang satu ini adalah menjadi komoditas strategis dalam menopang ketahanan
pangan dan gizi masyarakat Indonesia. Mempertimbangkan hal tersebut , maka
pengembangan bandeng sebagai sebuah industri menjadi suatu keniscayaan dalam
upaya memberikan nilai tambah bagi pelaku usaha dan tentunya akan memperkuat
daya saing khususnya dalam menghadapi persaingan AEC tahun 2015. Kementerian
Kelautan dan Perikanan telah mengawali upaya tersebut yaitu melalui penetapan action plan Industrialisasi Bandeng yang
telah disepakati oleh Unit Eselon terkait yang dalam hal ini adalah Ditjen
Perikanan Budidaya, Ditjen P2HP, Balitbang KP, dan BPSDM KP. Disamping itu, dalam upaya mewadahi peran dan kepentingan para pelaku usaha bandeng di
Indonesia dan memberikan kontribusi yang lebih konkrit terkait pengembangan
industrialisasi bandeng dalam kerangka sebagai partner Pemerintah, maka pada
Workshop Industrialisasi Bandeng di Bandung belum lama ini telah dibentuk
asosiasi bandeng yang difasilitasi Pemerintah yaitu Asosiasi Pelaku Usaha
Bandeng Indonesia atau disingkat ASPUBI.
Pada
workshop industrialisasi bandeng di Bandung, Kementerian
KP telah memetakan beberapa
tantangan dan permasalahan khususnya terkait pengembangan bandeng di hulu,
antara lain : 1) Ketersediaan benih bandeng berkualitas yang masih
minim, fenomena ditingkat pembudidaya benih yang digunakan merupakan benih
kualitas rendah; 2) Keterbatasan penggunaan bandeng kualitas baik di tingkat
pembudidaya disebabkan karena terbatasnya pusat broodstock dan benih bandeng
khususnya di sentral-sentral produksi, saat ini konsentrasi penyediaan benih
masih di datangkan dari Bali. Disamping ada kenyataan bahwa kualitas bandeng
yang baik justru masih banyak yang diekspor ke Malaysia dan Negara lainnya, 3)
Masalah efesiensi produksi, khususnya pada budidaya intensif, hal ini terkait
masih tingginya biaya produksi seiring terus meningkatnya harga pakan.
Disamping itu telah disepakati beberapa rekomendasi diantaranya : a) Membentuk
model penerapan Industrialisasi Bandeng, dimana lokus yang akan ditetapkan pada
Tahun 2014 adalah di Kabupaten Karawang, dimana model ini diharapkan akan
menjadi acuan bagi pengembangan kawasan di daerah lain; b) Dalam implementasi
terkait kebijakan pengembangan industrialisasi bandeng, maka Pemerintah secara
langsung dan intensif menggandeng Aspubi, yang dalam hal ini diposisikan
sebagai partner Pemerintah khususnya dalam mendorong implementasi kebijakan
sekaligus memberikan masukan kebijakan dan rekomendasi yang dianggap perlu bagi
percepatan industrialisasi bandeng.
Menindaklajuti upaya pengembangan industri bandeng
di hulu, forum juga menyepakati beberapa hal yang harus segera ditindaklanjuti
oleh Ditjen Perikanan Budidaya, diantaranya : 1) Terkait implementasi rencana
aksi industrialisasi bandeng Tahun 2014, Ditjen Perikanan Budidaya diharapkan
focus dalam memberikan dukungan baik dari aspek pendampingan teknis maupun
pengalokasian Anggaran sebagaimana yang tercantum dalam rencana aksi; 2) Dalam
upaya menyongsong persaingan perdagangan bebas khususnya AEC, maka daya saing
perlu didorong melalui peningkatan efesiensi dan jaminan mutu dan keamanan
pangan (food safety). Dalam hal ini Ditjen Perikanan Budidaya perlu mendorong
implementasi Good Aquaculture Practices
pada seluruh tahapan proses produksi di unit-unit usaha budidaya bandeng; 3)
Perlu pengawasan secara ketat dalam rangka pengendalian ekspor benih bandeng.
Bagaimana melakukan Optimalisasi Bandeng Nasional?
Hal yang menjadi tantangan Indonesia dalam
menghadapi AEC tahun 2015, adalah bagaimana produk bandeng yang dihasilkan
mampu berdaya saing dan menjadi pemain utama sebagai pen-suplly kebutuhan pasar
baik dalam negeri maupun ekspor, sehingga dibutuhkan langkah strategis dalam
menghadapi tantangan tersebut. Terkait pasar dalam negeri, maka yang perlu
dilakukan adalah melakukan mapping
terhadap kondisi market dalam negeri, hal ini penting untuk melihat potensi
masing-masing kategori produk.Khusus untuk akses pasar luar negeri, maka perlu
melakukan studi tentang pasar bandeng di luar negeri, yaitu untuk melihat
kategori yang diterima pasar dan syarat-syarat kualitas yang diinginkan.
Sebagai upaya kunci dalam melakukan optimalisasi industri bandeng dalam negeri
adalah dengan membangun
dan memperkuat pola kemitraan dan sistem
pembinaan, yang berkelanjutan antara produsen, pemasar dan industri besar.
Pengembangan industri bandeng harus berkaca dari keberhasilan bagaimana
perusahaan besar seperti Garuda Food yang bermitra dengan petani kacang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar