RUMPUT LAUT, ANTARA PELUANG DAN TANTANGAN
Bisnis rumput laut di Indonesia
sampai saat ini masih menjadi primadona dikalangan pelaku usaha perikanan
budidaya. Tak pelak, komoditas yang satu ini menjadi andalan utama sebagai
penggerak utama ekonomi masyarakat pesisir. Data produksi menunjukan bahwa
capaian produksi rumput laut tahun 2012 mencapai 6.514.854 ton
atau memberikan share sebesar 67% terhadap total produksi perikanan budidaya nasional. Terlepas dari kinerja capaian produksi rumput laut yang menunjukan trend positif setiap tahunnya, namun demikian disadari atau tidak siklus bisnis rumput laut nasional saat ini belum mampu menjamin pergerakan positif pada masing-masing subsistem. Tantangan mulai dari jaminan kontiyuitas bahan baku, kualitas/mutu, kondisi rantai pasok(suplly chain), dan pola tata niaga yang masih perlu menjadi focus perhatian bersama dari seluruh stakeholders khususnya pemerintah dan pelaku bisnis rumput laut. Salah satu penyebabnya karena belum terbangun persamaan persepsi, komitmen, tanggungjawab dan kerjasama sinergis diantara stakeholder yang terlibat dalam usaha perumputlautan di Indonesia mulai dari pemerintah pusat, daerah, pelaku utama, pelaku usaha, lembaga/instansi teknis serta lembaga keuangan.
atau memberikan share sebesar 67% terhadap total produksi perikanan budidaya nasional. Terlepas dari kinerja capaian produksi rumput laut yang menunjukan trend positif setiap tahunnya, namun demikian disadari atau tidak siklus bisnis rumput laut nasional saat ini belum mampu menjamin pergerakan positif pada masing-masing subsistem. Tantangan mulai dari jaminan kontiyuitas bahan baku, kualitas/mutu, kondisi rantai pasok(suplly chain), dan pola tata niaga yang masih perlu menjadi focus perhatian bersama dari seluruh stakeholders khususnya pemerintah dan pelaku bisnis rumput laut. Salah satu penyebabnya karena belum terbangun persamaan persepsi, komitmen, tanggungjawab dan kerjasama sinergis diantara stakeholder yang terlibat dalam usaha perumputlautan di Indonesia mulai dari pemerintah pusat, daerah, pelaku utama, pelaku usaha, lembaga/instansi teknis serta lembaga keuangan.
Industrialisasi rumput laut pada
hakikatnya harus diletakan dalam kerangka menjamin siklus bisnis yang positif,
dimana siklus bisnis yang positif akan mampu mendorong peningkatan nilai tambah
pada setiap level subsistem usaha, peningkatan kapasitas usaha, dan daya saing
produk yang dihasilkan. Pengembangan bisnis rumput laut harus dibangun mulai
dari hulu sampai hilir secara terintegrasi melalui peran sinergi dan dukungan
semua pihak.
Menyadari hal tersebut,
Direktorat Produksi Ditjen Perikanan Budidaya menginisiasi pelaksanaan rapat koordinasi
pengembangan rumput Laut di Indonesia, dimana kegiatan tersebut sebagai media untuk
membangun suatu kesepahaman bersama dari seluruh stakeholders perumputlautan di Indonesia. Hadir dalam kegiatan
tersebut seluruh perwakilan dari stakeholders antara lain pemangku kebijakan
dalam hal ini Pemerintah (Tim Pokja Rumput Laut Nasional), Pelaku bisnis
(industri pengolah dan eksportir) Asosiasi, Pengumpul, dan pembudidaya rumput
laut. Melalui koordinasi secara menyeluruh, maka akan terpetakan permasalahan
dari seluruh level sub system sehingga diharapkan masing-masing stakeholders akan focus terhadap
perannya masing-masing.
Dari hasil pembahasan pada
Rakor pengembangan rumput laut dimaksud dapat dipetakan beberapa permasalahan
utama yang menjadi tantangan dalam bisnis perumput lautan di Indonesia, antara
lain :
a) Belum
terbangun kesadaran di tingkat pembudidaya maupun pengepul lokal terhadap
jaminan mutu produk rumput laut yang dihasilkan.
b) Rantai pasok (suplly chain) dan pola tata niaga belum terbangun dengan baik. Hal ini
menyebabkan adanya ketidakseimbangan antara kontinyuitas suplly bahan baku,
jaminan mutu, stabilitas harga, dan nilai tambah.
c) Belum kuatnya
kelembagan Pokdakan maupun penunjang di sentral-sentral produksi rumput laut,
yang secara langsung berpengaruh terhadap efektifitas siklus usaha.
d) Belum
terbangun pola kemiteraan yang kuat secara hukum yang diimbangi dengan kuatnya
kelembagaan kelompok secara berkelanjutan. Yang terjadi secara umum kemiteraan
masih bersifat alamiah dan tidak mengikat sehingga ke dua belah pihak sama-sama
tidak mempunyai tanggung jawab dan kontrol yang kuat terhadap kualitas produk
maupun stabilitas harga.
e) Degradasi
kualitas bibit pada beberapa daerah yang berpengaruh terhadap produktivitas.
Peran Strategis dari seluruh Stakeholders sebagai solusi
Dalam upaya menghadapi
tantangan di atas, maka sudah saatnya segenap stakeholders focus terhadap perannya masing-masing pada setiap
level subsistem yang ada, beberapa rekomendasi dan tindaklanjut yang bersifat
solutif antara lain :
a)
Terkait
jaminan kontiyuitas produksi, maka beberapa langkah nyata yang perlu segera
ditempuh antara lain : a) Melakukan pengembangan bibit berkualitas melalui
seleksi rumpun dan kultur jaringan b) Mendorong pengembangan kebun bibit rumput
laut untuk menjamin ketersediaan bibit di sentral-sentral produksi melalui
efektifitas peran jejaring kebun bibit rumput laut nasional; c) Melakukan
pembinaan dan pendampingan teknologi terkait upaya pengembangan dan pengelolaan
kebun bibit di sentral-sentral produksi; d) Menentukan peta musim untuk
pengembangan bibit dan budidaya rumput laut di masing-masing daerah (sentral
produksi); e) Melakukan percepatan kawasan budidaya dengan mendorong
percontohan di kawasan-kawasan potensial; f) Melakukan pembinaan teknologi
budidaya anjuran berbasis Cara Budidaya Ikan Yang baik (CBIB); g) Penentuan
zonasi terkait potensi pengembangan bibit rumput laut dan kawasan budidaya
rumput laut yang melibatkan Ditjen KP3K, Pemda dan Perguruan Tinggi
b)
Dalam
upaya percepatan pengembangan kawasan budidaya rumput laut, maka perlu segera
mengkoordinasikan peran lintas sektoral khususnya meningkatkan efektifitas
peran dan tanggungjawab dari TIM POKJA Rumput Laut Nasional.
c)
Pengembangan
kapasitas dan keberlanjutan usaha perlu didorong antara lain melalui : a)
Memfasilitasi dan mengadvokasi pengembangan kemitraan usaha untuk mendukung
pengembangan budidaya rumput laut; b) Pendampingan dalam rangka membangun jiwa
kewirausahaan bagi pembudidaya rumput laut; c) Memfasilitasi akses permodalan
bagi pembudidaya melalui skim pembiayaan kredit baik komersil maupun kredit
program (KUR, KPP-E, CSR, dan PKBL)
d)
Terkait
permasalahan utama di level hilir khususnya terkait rantai pasok (suplly chain) dan pola tata niaga, maka perlu segera melakukan langkah-langkah
konkrit antara lain : a) Memfasilitasi terbangunnya kemitraan usaha antara
industri dalam negeri dengan Pokdakan dan Pengumpul; b) Melakukan pembinaan dan
memperkuat peran pengumpul di Zona II; c) Melakukan pemetaan terhadap jumlah
dan peran pengumpul di setiap sentral produksi melalui licensi pengumpul dan membangun kelembagaan; d) Memfasilitasi
kemitraan antara pengumpul dengan pembudidaya; e) Memperbaiki dan memfasilitasi
system pergudangan di sentral-sentral produksi; f) Mendorong kemungkinan berlakuknya
harga pokok penjualan; g) Sosialisasi dan kontrol terhadap penerapan SNI bahan baku rumput laut; h) Memfasilitasi
kepentingan dan memperkuat industri nasional terkait jaminan kualitas bahan
baku; i) Mendorong pengembangan industri olahan dalam rangka meningkatkan nilai
tambah dengan bekerjasama dengan pihak industri nasional terkait dengan SDM
Processor, standar kualitas hasil produksi dan market oriented; j) Melakukan
pemetaan pasar luar negeri, salah satunya untuk melihat karakter kualitas
yang diinginkan pasar;
k) Melakukan pemetaan terkait konektivitas antara kapasitas produksi di
masing-masing daerah dengan kapasitas serapan bahan baku di industri; l)
Mendorong transparansi dan informasi pasar melalui internet
Jika
ke-semua langkah kebijakan di atas mampu dibangun dalam rangka menjamin
keberlangsungan siklus aquabisnis rumput laut yaitu melalui kerjasama yang
efektif dan bertanggung jawab antar seluruh stakeholders,
maka sudah dipastikan akan mampu mewujudkan mimpi besar Indonesia bukan hanya sekedar
pemasok bahan baku rumput laut saja, namun mampu menjadikan Indonesia sebagai
kiblat industri rumput laut dunia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar